Hari itu sang Panglima perang yang telah memenangkan besenggama dengan wanita cantik. Tak disangka dia terbunuh bersama wanita itu diatas ranjang. Kemenangan perang menjadikan dirinya banyak dihantui oleh banyak hal.
Aku tersadar aku mantan dari serdadu itu walau jabatanku hanyalah tentara dibawah Panglima, perang telah usai dan membekaskan banyak luka, bukan hanya bagi yang kalah tapi juga sang pemenang. Memang aku dulu aku adalah wakil panglima, tapi trauma mendalam membuat perasaan yang bersalah dalam diriku. Panglima telah terbunuh, aku mungkin akan menjadi sasar berikutnya.
Takdir tak bisa terelakan, aku bertemu dengan seorang veteran. Aku teruh berusaha bersembunyi hingga suatu saat, aku tidak bisa mengelakkan pertemuan itu.
“Apakah kau ingin terus menyesali dan tidak melangkah tanpa bersimbah darah?”, dia melemparkan senjata padaku. Sepertinya dia ingin berduel denganku.
Aku mungkin telah lama tidak berperang, tapi aku mantang wakil panglima, dan sekarang panglima telah terbunuh. Aku mengambil senjata itu, karena pertempuran tidak bisa terelakkan tapi ada yang membuatku melepas ketakutan bertempur itu, kalimatnya membuatku berani untuk menghadapi rasa bersalahku, dan aku siap maju dengan bersimbah darah.
“Dor… nging”, dia menembak ke arahku,
Dor, aku membalas tembakannya
Dari pertempuran itu aku belajar bahwa akan selalu ada pola tiap tembakan yang dia lontarkan. Aku menembakkan peluruku kearahnya lebih banyak, walau dia menggunakan shotgun yang menyebarkan peluru lebih besar, ketimbang senjataku yang lebih tidak mengerikan. Aku memenangkan adu tembak itu, aku tertembak, tapi dia tertembak lebih banyak. Sang Veteran itu menghilang begitu saja, tapi bagiku dia seorang guru yang mengajarkanku untuk menerima takdir yang pernah kulalui dan maju kedepan untuk menjalani pertempuran berikutnya.
Aku terbangun
Cerita diatas adalah mimpiku dari beberapa hari yang lalu, dan salah satu mimpi yang paling berkesan. Dalam mimpi aku selalu diam mendengarkan dan tidak pernah berbicara, kenapa yah?