Marx pernah menuliskan bahwa ada hantu yang menghantui Eropa. Dia meramalkan bahwa kapitalisme di Eropa akan runtuh dan akan muncul komunisme. Menurut Marx runtuhnya kapitalisme ini diakibatkan semakin tingginya kesenjangan antara borguise dan proletar. Sayangnya ramalan Marx sampai sekarang tidak terbukti.
Apa alasan yang melatar belakanginya? Akh walaupun sedikit agak nglantur, dan ceritanya agak ngawur. Mungkin analisa dari Bruce Henderson dari BCG bisa cukup memberikan gambaran tetang melesetnya ramalan Marx, Bruce Henderson pernah berujar bahwa harga akan tetap stabil jika kurva dari biaya produksi pararel dengan kurva dari harga jual. Hal ini akan memberikan penjelasan tentang kegagalan ramalan Marx yang akan menilai bahwa kapitalisme akan runtuh, walau Marx hanya menganalisa dari kurva yang dia buat (menjelaskan seorang borjuise akan memiliki keuntungan yang selalu keatas, dan biaya produksi selalu kebawah). Ramalan Marx tidak sepenuhnya meleset jika dikaitkan dengan analisa Bruce Henderson tadi, Marx menjelaskan bahwa runtuhnya kapitalisme disebabkan oleh naiknya keuntungan dari Kapitalis, tapi tidak menganalisa untuk kasus kurva produksi dan harga jual yang pararel.
Terlepas dari analisa Bruce Henderson, secara psikologi tidak semua orang memiliki jiwa yang diidamkan oleh Marx, mungkin benar yang dikatakan oleh Jean Paul Sartre, “L’Homme condamne etre libre” bahwa manusia dikutuk untuk bebas. Namun kebebasan bisa berarti 2, yang pertama “kebebasan dari”, dan “kebebasan untuk”. Semua orang mudah untuk bisa mengatasi “kebebasan dari” karena terbebas dari, kesadaran sesorang mengobjek pada sesuatu yang jelas, lain halnya dengan “kebebasan untuk”. Pada akhirnya seorang yang terbebas dari akan kembali pada siklus Kapitalisme, karena belum siap untuk “kebebasan untuk”.
Pendidikan bisa membantu untuk menyadari “kebebasan untuk”.Lalu apakah ini terkait dengan pendidikan, untuk “bebas untuk”? jika kita kaitkan dengan pernyataan itu, mungkin pernyataan dari Herbert Mercuse tentang pendidikan, yang ingin menjelaskan bahwa pendidikan adalah proses membebaskan diri. Seorang belajar untuk menjadi dirinya sendiri, untuk bebas dari dan bebas untuk. Belajar adalah proses bereksistensi dia menggali dirinya untuk tidak merasa terasing dengan dirinya sendiri (“Alineasi”), sayangnya struktur pendidikan juga bisa disusupi oleh kesadaran tentang modal, lihat saja banyaknya bimbingan belajar untuk mendapatkan skor bagus, skor menjadi sebuah komoditas untuk menghasilkan uang. Hingga lupa bahwa nilai merupakan sesuatu yang perlu dirubah untuk menjadi komoditas, hingga terepresentasi dengan gelden, bukan memandang skor sebagai arti uang secara langsung. Belajar bukan tentang skor, tapi sebuah proses eksistensialisasi diri untuk lebih mengenali diri, sebuah metode untuk membebaskan dari untuk bisa “bebas dari” dan “bebas untuk”.