Zis Note

Lelang Informasi

26 Nov 2018

Mungkin ini dimula dari pernyataan Napoleon Bonaparte tentang perang, bahwa perang ditentukan 99% oleh informasi. Dengan inforamsi yang kita miliki seorang jendral akan menentukan strategi perang yang sesuai dengan informasi yang diterima bahkan terkadang bisa merubah informasi menjadi menguntungkan bagi sang Jendral, itulah mengapa informasi menjadi penting. Kita akan menggunakan methode gambit untuk lawan yang lebih kurang berpengalaman dan kebutuhan untuk menyelesaikan pertempuran secara singkat untuk menghemat waktu, kita akan menggunakan gaya berlin untuk pertempuran yang akan lama dan membutuhkan konsentrasi yang lebih tinggi.

Informasi dulu menjadi sangat berharga hingga kasus jatuhnya Presiden Soekarno menjadi terus menjadi misteri, karena bukan hanya PKI yang bisa jadi terlibat dalam pembrontakan atau yang lainnya. Tertutupnya informasi akan menjadi polemik tersendiri bahkan untuk kondisi politik waktu itu. Mungkin seperti itu Napoleon Bonaparte ingin mejelaskan tentang informasi.

Dalam politik sendiri Hannah Arendt pernah menginginkan bahwa politik di era modern, ingin kembali serti apa yang terjadi pada yunani kuno tapi dengan tembok atena yang diruntuhkan. Dia menilai bahwa logos yang dicari dalam Athena terpisah dengan kehidupan sehari hari orang yunani diluar Pantheon. Orang selalu berdiskusi dalam Pantheon untuk mencari kebenaran, tapi dalam aturannya dia tidak boleh membedakan satu sama lain dengan pekerjaan yang dia lakukan diluar semua boleh berpendapat dalam pantheon. Sayangnya hal tersebut tidak terjadi di luar Pantheon untuk itu dia ingin membaurkan dunia sehari-hari di luar pantheon dengan diluar pantheon. Walaupun akan muncul polemik lagi dengan runtuhnya kuil pantheon tersebut.

Transparansi Informasi di era digital dan terkoneksi internet menjadi lebih mudah. Walau banyak juga beragam informasi yang terkadang difungsikan untuk menutupi informasi lainnya, semisal pristiwa kasus pelanggaran ham yang ditutupi dengan kasus selebriti yang tiba-tiba dilonjakkan untuk menutupi informasi lain, tapi setidaknya hal tersebut telah menjalankan cita-cita Hannah Arendt untuk negeri yang dia impikan. Informasi menjadi lebih mudah diperoleh.

Nietzsche pernah berujar bahwa kedalaman seseorang mempengaruhi penafsiran, walaupun Derrida juga pernah mengatakan bahwa penafsiran merupakan sebuah reproduksi Informasi dari sang pembaca, tetapi tidak semua orang bisa menafsirkan dengan sama, walau itu juga tidak menjadi permasalahan. Informasi yang transparan akan memberikan semacam bom waktu untuk kapitalisme dengan melalui lelang informasi. Ketika segala ditujukan untuk sebuah keuntungan korporasi, kemudahan informasi akan mempercepat kesetaraan dalam kuil Pantheon menyatu dengan kehidupan dan melenyeapkan perbedaan diantara manusia, hingga suatu saat manusia akan dinilai dari informasi yang dia berikan melalui lelang informasi.

Informasi memang terkadang memberikan trik-trik politik, pemasaran produk korporat dan lainnya, tapi membaca dan memahami adalah proses eksistensialisasi dari sang pembaca dan penafsir. Semakin dia banyak membaca semakin akan tersucikan dirinya, hingga suatu hari segala trik menjadi cukup terang walau dalam gelapnya timbunan informasi.

Layaknya seperti uang, Informasi adalah sebuah alat untuk menyingkapkan sang Ada. Informasi adalah kacamata yang diangkat oleh Marx untuk menyingkapkan kesadaran yang jauh. Penguasaan infromasi memang tidak seharusnya dikuasai oleh beberapa golongan, tapi juga sebuah aset yang bisa diakses oleh tiap individu yang ingin mendapatkannya, seperti runtuhnya Pantheon yang dicita-citakan oleh Hannah Arendt.