Hi Guys
Sepertinya kontent kreatif tidak terlalu diminati di Purbalingga. Kebanyakan ekonomi berjalan secara konvensional, maksudnya konvensional disini adalah kegiatan yang sifatnya simetris, karena itu kegiatan kreatif sepertinya tidak terlalu diminati karena tidak menghasilkan uang secara langsung. Tahukah kalian bahwa beberapa pekerjaan yang asimetris juga tersedia di Purbalingga, misalnya pekerjaan marketing. Marketing secara langsung adalah mempopulerkan sebuah barang melalui metode marketingnya, dan pekerjaan ini juga mulai banyak di Purbalingga, pekerja di bidang ini pun sepertinya tidak sedikit.
Sayang sekali kegiatan marketing seringnya dilakukan sekadar untuk melalukan tanggungjawab pekerjaan agar supaya orang tersebut dibayar, al hasil kualitas marketeers di Purbalingga hanya tergantung pada jumlah kegiatan marketing yang dia lakukan. Marketing yang dilakukan oleh para pekerja tersebut juga nampak tidak kreatif dan methodenya tidak menunjukan adanya trobosan dalam methode marketing mereka.
Menurut saya kegiatan marketing juga perlu dilakukan oleh diri mereka sendiri selain sebagai seorang pekerja guna memasarkan, atau melakukan branding dirinya sendiri, misal membuat sebuah kontent terkait dengan apa yang ingin orang itu capai guna meyakinkan masyarakat yang akan dia marketerisasi.
Iya mungkin ada beragam komentar seperti tindakan tersebut adalah flexing, tapi tugas seorang marketing memang melakukan sebuah flexing. Hanya saja terkadang yang kita flexingkan tidak sejalan dengan apa yang kita ingin selanjutnya melalui proses marketerisasi tersebut. Mungkin hanya sebatas flexing mobil baru, tempat wisata baru, kenapa tidak melakukan flexing skill, untuk membangun citra kualified pada diri marketeer itu sendiri. Orang Purbalingga sering humble pada tempat yang salah, dan sering flexing pada tempat yang tidak perlu di Flexingkan.
Best Regards
Aziz Faozi