Terkadang propaganda politik dilakukan dengan berteriak, bedebat atau menggosip. Tapi begitulah politik di Indonesia. Sesungguhnya propaganda yang dilakukan dengan lidah tidak memiliki kekuatan yang besar, lihat saja, jika dibandingkan dengan menulis. Berbicara membutuhkan bahan yang lebih sedikit yaitu suara, sedangkan untuk menulis setidaknya membutuhkan alat untuk menulis, alat yang akan ditulis, dan tentusaja tangan (walau dalam perkembangan teknologi tulisan bisa dibuat dengan program dari suara direkam).
Namun untuk membuat sebuah tulisan tersebut yang membutuhkan tenaga dan bahan yang lebih juga memiliki resiko yang lebih tinggi, cukup mudah untuk mempertanggungjawabkan sebuah tulisan karena dia diam dan mudah dirujuk, dari pada dengan menggunakan suara. Kemampuan propaganda dengan gosip, dengan menjelekan orang lain memang bisa dilakukan dengan menggunakan lidah tapi hal itu lebih aman dari seorang penggosip karena dia bisa saja dengan mudah menyangkal apa yang dia lakukan, seperti istilah raja jawa, jika tangan kanan memberi tangan kiri jangan sampai tau.
Dengan mudahnya melakukan propaganda lidah hampir semua kalangan masyarakat bisa menggunakna itu asal dia punya suara keras, dia akan didengar, berbeda dengan tulisan, tulisan tidak memiliki kekuatan bukan pada kerasnya suara, tapi nilai yang dibawa dalam tulisan tersebut. Membuat tulisan yang lebih meyakinkan adalah salah satu kekuatan dari tulisan untuk mempertahankan nilainna.
Mudah tidak selalu indah, walau sering propaganda dengan bergosip untuk menjatuhkan lawan politik. Seharusnya para politisi (baik politisi pemerintahan, atau politisi kampus yang rebutan dari kekuasaan, hingga bahkan hanya sekedar cewe cantik) menyadari bahwa sesuatu yang dilakukan dengan mudah akan susah untuk dipertahankan. Mengingat untuk mempertahankan sejarah, lisan lebih lemah ketimbang tulisan, dan pada akhirnya sejarah akan membuktikan kebenaran, keagungan, atau kelemahan, dan kesalah seorang politisi dengan nilai yang dibawa dari tulisan.
Yah berargumen boleh saja, tapi yang jelas alangkah baiknya jika argumentasi itu ditulis dalam media tulisan, untuk membuktikan pada sejarah (cepat atau lambat) kebenaran dari propaganda yang dibawa, karena tulisan lebih asertif dari lambe.